Archive for the Category »Nature’s Life «

Penghematan energi

Kita mungkin sudah sering mendengar tentang penghematan ini dan itu. Mulai dari kampanye PLN “hemat energi hemat biaya” sampai kampanye internasional juga. Dari semua itu memang sedikit demi sedikit akan banyak orang yang sadar akan perlunya penghematan energi. Mereka pun mulai dari yang paling mudah, dari mematikan lampu saat tidak dipakai, tidak memakai AC terlalu lama, dll. Perangkat serta alat-alat rumah tangga pun semakin canggih dan hemat energi.

Masalahnya adalah taraf kehidupan kita yang meningkat sesuai dengan peningkatan pemasukan uang. Mungkin kita sekarang mematikan lampu sewaktu tidak perlu ataupun sudah membeli barang yang hemat energi. Tetapi kita juga sekarang memakai minimal 1 buah hp, lalu juga memiliki laptop dan iPod yang perlu dicharge. 5-10 tahun lalu itu semua mungkin barang langka. AC sekarang juga semakin hemat energi dan murah. Karena itu kita juga malah memasang AC dimana-mana, ditempat yang jarang dipakai juga. Akhirnya pengeluaran malah lebih banyak. Jadi taraf hidup yang semakin tinggi akan memerluakan energi yang lebih tinggi lagi.

Dari semua itu, PLN harus selalu membuat pembangkit baru seiring dengan pertumbuhan penduduk karena kekurangan energi. Tetapi tender pembuatan pembangkit itu kebanyakan membuat perusahaan dengan proposal harga terendah menang. Padahal proposal yang paling murah itu bisa jadi yang paling kotor.

Dari semua ini, kita harus menunggu inovasi mutakhir yang dapat membantu lingkungan. Teknologi pembangkit batu bara yang bersih sudah dimulai walaupun masih terlalu mahal dan dalam tahap pengembangan. Teknologi pembersihan CO2 hasil dari pembakaran batubara juga sudah dimulai. Pertumbuhan pemakaian alat pembangkit dengan tenaga surya serta angin serta tenaga panas bumi pun mulai marak di dunia barat. Inilah yang akan membantu kita mengurangi pemanasan global dengan cepat. Tetapi memang semua ini adalah solusi mahal. Banyak dari alat tersebut belum terjangkau untuk kisaran populasi di Indonesia, ataupun cost-benefit yang belum seimbang dibandingkan dengan di dunia barat.

Dunia bisnis pun selalu berdilema dengan penghematan energi serta cost-benefit yang dikeluarkan, serta bila produk harus dirubah mulai dari bahan serta formulanya untuk memenuhi requirement dari dunia untuk mencegah pemanasan global. Apalagi untuk perusahaan menggunakan batubara adalah cara yang termurah saat ini untuk menghasilkan energi. hanya sepersepuluh dari BBM loh.

Jadi bagaimana dengan konservasi energi kita? Kita harus tetap menghemat! itu pasti. Tetapi kita juga mengharapkan kontribusi dari saudara-saudara kita yang lebih berkecukupan untuk lebih ikut serta dengan memulai penggunaan teknologi energi alternatif seperti tenaga surya dan angin yang mudah dipakai dirumah. Lebih dari itu, kita juga mengharapkan pebisnis untuk juga memikirkan cara untuk ikut membantu lingkungan kita.hemat energi

Pemanasan Global A.K.A Global Warming

Global Temeprature

Temperatur rata-rata global 1850 sampai 2006 relatif terhadap 1961-1990

Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.

Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, “sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia”[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.

Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.[1] Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas  dari lautan.

Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim,[2] serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.

Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.

Category: Nature's Life  Tags:  Leave a Comment